Home » , , » PERANG KEBUDAYAAN

PERANG KEBUDAYAAN

Written By Unknown on Minggu, 03 Februari 2013 | 22.59


“Perang kebudayaan” adalah saat suatu kekuatan politik atau ekonomi melakukan penyerangan atau teror halus terhadap prinsip-prinsip dan unsur-unsur kebudayaan umat lain. Serangan tersebut bertujuan merealisasikan keinginannya dan menundukkan umat dimaksud di bawah kendalinya. Dalam konteks perang ini, dengan cara paksa, memberlakukan keyakinan dan kebudayaan baru sebagai ganti kebudayaan dan keyakinan lama umat itu. 

Perang kebudayaan menghendaki generasi baru melucuti keyakinan dirinya dengan berbagai cara. Pertama, menggoyangkan keyakinan mereka terhadap agamanya. Kedua, memutuskan hubungan mereka dari keyakinan mereka terhadap prinsip-prinsip revolusi. Ketiga, menjauhkan mereka dari pemikiran efektif yang mampu menghasilkan kekuatan besar yang berwibawa supaya menggiring mereka untuk merasakan keadaan yang diliputi ketakutan dan ancaman. 

Perang kebudayaan dilakukan berdasarkan dua pilar yang patut kita perhatikan dengan seksama. Pertama, menggantikan budaya lokal dengan budaya asing. Kedua, melakukan serangan budaya terhadap nilai-nilai yang menyangga negara dan bangsanya dengan berbagai cara dan sarana. Diantaranya, mengimpor film-film dan drama picisan berseri produksi asing serta penyebaran buku-buku dan majalah yang ditulis berdasarkan arahan pihak asing. 

Tentang “Benturan Kebudayaan” mungkin pernah mendengar atau membaca buku karya seorang Antropolog berjudul The Clash of Civilization. Buku ini dikarang oleh seorang Antropolog bernama Samuel P Huntington. Inti dari buku ini adalah bahwa suatu ketika akan datang masa dimana kebudayaan-kebudayaan yang satu akan saling bersaing dengan kebudayaan-kebudayaan yang lain. 

Persaingan ini akan menyebabkan benturan-benturan kebudayaan. Akibat dari benturan ini adalah munculnya satu kebudayaan pemenang, yang artinya kebudayaan-kebudayaan lain yang mengalami kekalahan akan tersingkir bahkan terhapus dari muka bumi. Dengan kata lain perang kebudayaan melahirkan sang pemenang yang akan menjajah bangsa lain dengan budayanya. 

Teori Benturan Peradaban yang dipaparkan oleh Samuel Huntington, menunjukkan bahwa para ahli teori Barat, dalam rangka menyukseskan dan memaksakan pandangan-pandangan mereka, mencanangkan perang antara peradaban dan kebudayaan Barat melawan peradaban dan kebudayaan bangsa-bangsa lain. Berbagai media massa Barat pun melancarkan propaganda luas terus menerus, menyerang nilai-nilai agama, kemanusiaan, dan nasionalisme. 

Serangan propaganda ini dilakukan dengan metode-metode yang sangat halus, sehingga tidak terasa oleh masyarakat pada umumnya. Media-media ini, dalam berbagai film, berita dan laporan, secara tidak langsung, menyerang dan melecehkan kebudayaan dan peradaban bangsa-bangsa lain. Pelecehan terhadap kesucian-kesucian agama dan kehormatan nasional, termasuk diantara metode lain yang digunakan oleh media-media Barat, dengan tujuan merendahkan kesucian-kesucian tersebut dalam pandangan masyarakat umum 

Maka tak heran jika saat ini bangsa yang pernah mengalami kejayaan dan kegemilangan di masa lalu telah mengalami keterpurukan yang luar biasa di berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Suka atau tidak, bangsa ini adalah bangsa yang telah kehilangan jati dirinya sebagai sebuah bangsa. Sebuah bangsa yang begitu bangga menjadi subordinasi dari imperialisme budaya bangsa lain. 

Senjata budaya yang lain adalah teknologi, dengan mengangkat isu korelasi budaya dan teknologi. Isu yang menciptakan opini bahwa setiap teknologi itu menyimpan budaya yang khas. Dan, dimana saja teknologi itu masuk ke suatu negara, secara otomatis budayanya pun turut masuk ke dalamnya. Maka itu, kita dipaksa memilih dua pilihan; menerima teknologi dengan segenap budaya yang dikandungnya, atau sama sekali menolak secara mutlak teknologi berikut budayanya. Karena teknologi itu diperoleh dari dunia Barat, maka mau tidak mau budaya pun harus datang dari sana pula. 

Kenyataannya, isu ini telah menunjukkan kegagalannya di Jepang. Mengapa? Karena di Jepang kendati secara terbuka menerima masuknya budaya Barat, namun mereka tetap menjaga dan mempertahankan adat istiadat, nilai-nilai ketimuran, serta budaya bangsanya. Dengan begitu, masyarakat Jepang mampu mencapai kemajuan yang luar biasa pesatnya, bahkan mampu melampaui pencapaian masyarakat Barat itu sendiri. 

Perang butuh kepercayaan dan keyakinan terlebih perang budaya yang bersifat non-fisik yang berlangsung diam-diam tanpa menimbulkan kegaduhan atau menarik perhatian. Kita harus benar-benar mempercayai dan meyakini bahwasanya sekarang kita menjadi target serangan bertubi-tubi perang kebudayaan dari berbagai arah baik barat maupun timur. Serangan budaya ini bersifat menyeluruh, terorganisir dan terencana. 

Perang kebudayaan lebih menyerupai bom kimia yang meledak di kegelapan malam yang tak seorangpun merasakannya. Namun, setelah ledakan itu terjadi beberapa saat, niscaya kita menyaksikan banyak orang yang wajah dan tangannya terluka parah. Perang kebudayaan berlangsung dalam bentuk seperti itu,secara tiba-tiba kita akan melihat akibat dan dampaknya secara jelas di sekolah-sekolah, organisasi, dan diberbagai pejuru tempat lainnya 

Dan akhirnya penulis mengingatkan bahwa kebudayaan adalah sebuah maha karya peradaban dalam rentang sejarah sebuah bangsa, yang terkadang hanya diakui bahwa itu “milik kita” bahkan meradang kalau ada pihak yang lain mengaku miliknya. Kebudayaan bukanlah sebidang tanah atau sebuah rumah yang memiliki akte atau sertifikat sebagai “milik kita” maka amanlah dia, tetapi sebagaimana sejarah yang memiliki sifat kontinuitas, maka kebudayaan yang mengiringi sejarah sepatutnya mengalami keberlanjutan pula. 

Kebudayaan bukan proses yang statis dan produk final tetapi selalu mengalami perkembangan. Maka dari itu proses keberlanjutan sejarah tidak hanya sekedar melestarikan tetapi juga harus dikembangkan dalam peradaban yang tinggi.

Oleh: 
AHMAD ZULKI 
Mahasiswa PTIQ Jakarta, Member UNITY 40 TH IPTIQ
Share this article :

Posting Komentar


 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2013. SUARA BERBAGI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger